Wajar
memang kita ingin bersantai sejenak setelah melakukan banyak pekerjaan. Bersantai
memang bisa, tapi jangan terlalu lama karena saat kita merasa aman, saat itulah
kita bisa terjebak dalam kompromi. Bisa lewat sikap dan tindakan kita. Kondisi aman
juga bisa jadi ancaman terhadap kehidupan rohani kita. Saat kita berjuang dalam
satu hal dan mengambil waktu untuk lengah, maka saat itulah ada celah bagi kita untuk kembali jatuh.
Ya, saat kita
berpikir semuanya berjalan dengan baik bisa jadi hal itu malah jadi awal dari munculnya
bencana. Dalam Kejadian 2: 7-17 dituliskan bagaimana Tuhan membuat segala
sesuatunya baik dan bahkan itu adalah masa terbaik kehidupan manusia. Tapi tak lama setelah itu justru datang bencana.
Di Kejadian
bab pertama digambarkan tentang karya penciptaan bumi dan segala isinya,
termasuk manusia (Kejadian 1: 27-31). Tuhan memberikan Taman Eden sebagai tempat
tinggal Adam dan Hawa. Dia menyediakan semua kebutuhan mereka di sana. Ada banyak makanan, sungai yang mengalir sehingga mereka tak kekurangan air.
Saat Tuhan menempatkan
Adam di Taman Eden, Dia memerintahkannya untuk memelihara dan mengelola taman
itu. Pada dasarnya, Adam adalah seorang tukang kebun atau petani. Tuhan memberinya
mandat untuk bekerja karena itu dia harusnya nggak punya waktu untuk duduk-duduk saja dan menikmati hasil taman itu.
Tuhan menyediakan
tempat yang sempurna, indah dan nyaman bagi Adam dan Hawa. Dia hanya menetapkan
satu batasan saja kepada mereka. Supaya mereka jangan memakan buah dari pohon pengetahuan
yang baik dan yang jahat. “…tetapi pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."” (Kejadian 2: 17)
Tuhan meletakkan
pohon itu di taman untuk memberi mereka kesmepatan memilih untuk mengasihi Dia.
Tuhan memberi mereka kesempatan untuk memilih sendiri dengan bebas. Tentu saja
Tuhan sudah tahu bahwa bencana itu akan terjadi, karena itulah Dia mengingatkan
mereka tentang konsekuensi yang akan terjadi kalau mereka tidak menaati perintah-Nya.
Adam dan
Hawa adalah mahluk yang diberikan pengetahuan. Tapi tetap saja si Iblis mulai
mencobai Hawa dan menggodai dia untuk memakan buah terlarang itu. Seperti yang
dituliskan dalam Alkitab, Hawa akhirnya mengambil buah itu dan memakannya. Setelah itu dia memberikannya kepada Adam, dan dia pun ikut memakannya.
Mereka memang
tidak segera mati setelah memakan buah itu, seperti apa yang diucapkan Tuhan. Tapi
akibat dari pelanggaran itu, mereka harus menanggung malu dan tersadar bahwa mereka
telanjang. Tuhan mencari-cari mereka di taman, tapi mereka menyembunyikan diri karena merasa malu.
Kisah kejatuhan
Adam dan Hawa adalah akibat jika kita merasa terlalu nyaman dalam hidup. Karena
iblis akan selalu memberikan tawaran yang bertentangan dengan keinginan Tuhan. Alih-alih
mengingatkan kita soal berkat-berkat yang Tuhan sudah berikan, iblis justru membolak-balikkan kebenaran-Nya.
Segala rasa
sakit, kematian, kesedihan dan kesengsaraan yang kita alami di dunia terjadi sejak
dua orang di taman itu melanggar perintah Tuhan. Sejak saat itulah kita semua menanggung
beban dosa dan kesalahan yang diwariskan. Jika pada awalnya Adam dan Hawa punya
segalanya, maka setelah itu mereka kehilangan segalanya. Mereka diusir dari
Taman Eden dan mulai menyadari kesalahan mereka setelah semua yang mereka punya hilang.
Mereka terlambat
menyadari kesalahan itu. Hingga akhirnya hidup mereka terus dibayangi dengan rasa
takut dan penyesalan yang mendalam. Terkadang kita juga bisa berada di posisi Adam
dan Hawa. Saat melakukan dosa, kita merasa baik-baik saja karena kita toh tidak
mati setelah melakukannya. Tapi dosa itu berkuasa mematikan bagian dalam diri kita.
Kematian itulah yang membuat banyak orang sekarat dalam hidupnya. Tuhan dengan jelas
memperingatkan kita bahwa setiap kali kita berbuat dosa, maka setiap bagian dalam
hidup kita akan mulai dirusak.
Inilah alasannya
kenapa kita harus sadar setiap hari untuk membaca firman, berdoa setiap hari
dan peka dengan suara Roh Kudus. Sepanjang kita terus menjaga hubungan kita terus
terkoneksi dengan Tuhan, sepanjang kitalah kita akan kebal dari bujukan atau
rayuan iblis. Jadi, jangan pernah seharipun kamu mulai merasa nggak membutuhkan
Tuhan atau mulai lengah dalam kehidupan rohanimu. Karena saat berpikir semuanya
baik-baik saja, saat itulah awal bencana dimulai.